Setiap
orang mempunyai kepribadian yang unik. Menurutku, suatu perbedaan bukanlah
suatu hal yang dapat menjauhkan seseorang dari komunitas orang yang lain. Aku
adalah seorang murid SMA dari keluarga sederhana. Ayah dan ibuku berprofesi menjadi
seorang guru. Sejak kecil aku harus belajar mandiri. Karena setiap harinya ayah
dan ibuku harus berangkat pagi menuju ke tempat tugasnya. Rumahku terletak jauh
dari tetangga. Sehingga sejak kecil aku tidak punya banyak teman. Hal inilah
yang kadang menjadikanku sering diganggu oleh anak-anak seusiaku dan juga yang
lebih tua dari aku. Sering kali aku dikeroyok oleh mereka. Hal ini membuatku
marah, dendam dan tidak mudah percaya kepada orang lain. Akupun mulai menjauh
dari pergaulan yang menurutku nantinya kan menjadikan konflik dengan yang lain.
Lebih baik mempunyai sedikit teman, tetapi tidak suka menyakiti daripada banyak
teman tetapi sering menyakiti. Dengan pengalaman seperti itu maka aku terbentuk
menjadi kepribadian yang sangat keras dibalik sifat pendiamku. Ditambah lagi
hobiku sekarang adalah ilmu beladiri karate. Aku menyukai olah raga ini, selain
untuk kesehatan juga kugunakan membela diri ketika aku diganggu oleh orang
lain. Tetapi ketika Orang lain menganggap aku keras dalam berpendirian, aku mempunyai
alasan dalam setiap tindakanku dengan menggunakan logika dan perasaan.
Pagi itu seperti biasa
aku berangkat sekolah. Sekolahku merupakan SMA terfavorit di kotaku. Tak
sedikit dari siswa-siswinya berlatar belakang anak orang kaya, anak pejabat dan
untuk kecerdasannya tidak diragukan lagi. Aku masih beruntung, walaupun dari
desa aku bisa sekolah di tempat ini. Dengan banyaknya latar belakang siswa yang
berbeda ini, dalam bergaul aku selalu berhati-hati. Aku menyadari akan
posisiku. Memilih dan bergaul dengan teman yang baik pasti akan berpengaruh
baik pada diri kita juga. Oleh karena itu sebelum bergaul dengan teman aku
selalu mencoba memahami kepribadiannya dengan cara mengamati dan mendengar
ketika dia bergaul dengan orang lain, tanpa aku harus mengeluarkan sepatah
katapun. Dari pembicaraan dan tingkah lakunya aku jadi tahu apakah aku cocok
bergaul dengannya.
Ada seorang siswi
tetangga kelas yang merupakan salah satu idola di sekolahku. Sebut namanya Lia.
Selain cantik, dia mempunyai suara yang sangat merdu belum lagi dia adalah
seorang adik dari bassist band rock yang pernah menjuarai festival Rock se-
Indonesia. Setiap dia menyanyi khususnya acara sekolah, Lia selalu mendapat
sambutan dari seluruh warga sekolah. Kecuali aku. Menurutku ngapain aku harus
mengidolakan Lia, toh dia tidak kenal aku.
Suatu kali aku berjalan
di lorong sekolah sendirian. Tiba-tiba aku berpapasan dengan Lia dan
teman-temannya. Ketika sudah dekat tak kusangka tiba-tiba dia berkata kepadaku,
“Sombong
kau!”
“Benar sekali.” Sahut Yani.
“Iya , dia suka bergaya sok cool?” Kata
Leli.
“orangnya aneh juga seperti Alien dari
planet antah barantah”
“Hahahah Orangnya kuper lagi, tidak
pernah bergaul.”
Setiap aku pergi melewati sekumpulan
anak-anak, ada saja yang selalu mengomentari aku sebagai orang yang sombong,
aneh dan angkuh. Sebenarnya aku bukanlah orang yang seperti mereka pikirkan. Aku
cuma tidak ingin terjadi salah kesalah pahaman. Dalam bergaul, aku selalu berhati-hati
saja karena takut salah ngomong. Pembawaanku yang pendiam ternyata menjadikanku
dianggap orang yang sombong dan angkuh. Padahal mereka tidak tahu bahwa
sebenarnya aku ini orangnya humoris. Aku akan lebih terbuka kepada orang lain,
ketika aku sudah tahu tentang kepribadian orang tersebut. Aku tidak ingin
membuat masalah dengan orang lain yang dikarenakan kesalahpahaman akibat dari
kekurang tahuan aku atau mereka tentang kepribadian masing-masing. Menurutku
berkomunikasi itu gampang-gampang susah. Diperlukan saling pengertian dari
masing-masing individu.
Akupun berfikir, apakah aku harus menjelaskan semuanya
kepada Lia, Yani, Leli ataupun kepada setiap orang yang menganggap aku sebagai
orang yang ada dalam pikiran mereka? Orang yang dewasa tentulah orang yang mau memahami
orang lain dan bukan yang mau minta dipahami orang lain. Semoga suatu saat
mereka akan lebih dewasa dan memahami tentang aku. Akupun juga akan bertumbuh
dewasa. Akan kubukuktikan bahwa aku tidak seperti yang mereka pikirkan.
Tri Sadono
Guru SD Negeri Margolelo
Kecamatan Kandangan
(Cerpen ini telah merupakan salah
satu bagian kumpulan cerpen yang telah dibukukan dengan judul “Aku yang Lain Jilid 2” yang diterbitkan
oleh Penerbit Harfeey Yogyakarta dengan ISBN : 978-602-7876-62-0 )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar