The Most Popular Traffic Exchange

Selasa, 10 Desember 2013

Sisi Lain Diriku



             Setiap orang mempunyai kepribadian yang unik. Menurutku, suatu perbedaan bukanlah suatu hal yang dapat menjauhkan seseorang dari komunitas orang yang lain. Aku adalah seorang murid SMA dari keluarga sederhana. Ayah dan ibuku berprofesi menjadi seorang guru. Sejak kecil aku harus belajar mandiri. Karena setiap harinya ayah dan ibuku harus berangkat pagi menuju ke tempat tugasnya. Rumahku terletak jauh dari tetangga. Sehingga sejak kecil aku tidak punya banyak teman. Hal inilah yang kadang menjadikanku sering diganggu oleh anak-anak seusiaku dan juga yang lebih tua dari aku. Sering kali aku dikeroyok oleh mereka. Hal ini membuatku marah, dendam dan tidak mudah percaya kepada orang lain. Akupun mulai menjauh dari pergaulan yang menurutku nantinya kan menjadikan konflik dengan yang lain. Lebih baik mempunyai sedikit teman, tetapi tidak suka menyakiti daripada banyak teman tetapi sering menyakiti. Dengan pengalaman seperti itu maka aku terbentuk menjadi kepribadian yang sangat keras dibalik sifat pendiamku. Ditambah lagi hobiku sekarang adalah ilmu beladiri karate. Aku menyukai olah raga ini, selain untuk kesehatan juga kugunakan membela diri ketika aku diganggu oleh orang lain. Tetapi ketika Orang lain menganggap aku keras dalam berpendirian, aku mempunyai alasan dalam setiap tindakanku dengan menggunakan logika dan perasaan.
Pagi itu seperti biasa aku berangkat sekolah. Sekolahku merupakan SMA terfavorit di kotaku. Tak sedikit dari siswa-siswinya berlatar belakang anak orang kaya, anak pejabat dan untuk kecerdasannya tidak diragukan lagi. Aku masih beruntung, walaupun dari desa aku bisa sekolah di tempat ini. Dengan banyaknya latar belakang siswa yang berbeda ini, dalam bergaul aku selalu berhati-hati. Aku menyadari akan posisiku. Memilih dan bergaul dengan teman yang baik pasti akan berpengaruh baik pada diri kita juga. Oleh karena itu sebelum bergaul dengan teman aku selalu mencoba memahami kepribadiannya dengan cara mengamati dan mendengar ketika dia bergaul dengan orang lain, tanpa aku harus mengeluarkan sepatah katapun. Dari pembicaraan dan tingkah lakunya aku jadi tahu apakah aku cocok bergaul dengannya.
Ada seorang siswi tetangga kelas yang merupakan salah satu idola di sekolahku. Sebut namanya Lia. Selain cantik, dia mempunyai suara yang sangat merdu belum lagi dia adalah seorang adik dari bassist band rock yang pernah menjuarai festival Rock se- Indonesia. Setiap dia menyanyi khususnya acara sekolah, Lia selalu mendapat sambutan dari seluruh warga sekolah. Kecuali aku. Menurutku ngapain aku harus mengidolakan Lia, toh dia tidak kenal aku.
Suatu kali aku berjalan di lorong sekolah sendirian. Tiba-tiba aku berpapasan dengan Lia dan teman-temannya. Ketika sudah dekat tak kusangka tiba-tiba dia berkata kepadaku,
 “Sombong kau!”
“Benar sekali.” Sahut Yani.
“Iya , dia suka bergaya sok cool?” Kata Leli.
“orangnya aneh juga seperti Alien dari planet antah barantah”
“Hahahah Orangnya kuper lagi, tidak pernah bergaul.”
Setiap aku pergi melewati sekumpulan anak-anak, ada saja yang selalu mengomentari aku sebagai orang yang sombong, aneh dan angkuh. Sebenarnya aku bukanlah orang yang seperti mereka pikirkan. Aku cuma tidak ingin terjadi salah kesalah pahaman. Dalam bergaul, aku selalu berhati-hati saja karena takut salah ngomong. Pembawaanku yang pendiam ternyata menjadikanku dianggap orang yang sombong dan angkuh. Padahal mereka tidak tahu bahwa sebenarnya aku ini orangnya humoris. Aku akan lebih terbuka kepada orang lain, ketika aku sudah tahu tentang kepribadian orang tersebut. Aku tidak ingin membuat masalah dengan orang lain yang dikarenakan kesalahpahaman akibat dari kekurang tahuan aku atau mereka tentang kepribadian masing-masing. Menurutku berkomunikasi itu gampang-gampang susah. Diperlukan saling pengertian dari masing-masing individu.
          Akupun berfikir, apakah aku harus menjelaskan semuanya kepada Lia, Yani, Leli ataupun kepada setiap orang yang menganggap aku sebagai orang yang ada dalam pikiran mereka? Orang yang dewasa tentulah orang yang mau memahami orang lain dan bukan yang mau minta dipahami orang lain. Semoga suatu saat mereka akan lebih dewasa dan memahami tentang aku. Akupun juga akan bertumbuh dewasa. Akan kubukuktikan bahwa aku tidak seperti yang mereka pikirkan.



Tri Sadono
Guru SD Negeri Margolelo
Kecamatan Kandangan
(Cerpen ini telah merupakan salah satu bagian kumpulan cerpen yang telah dibukukan dengan judul “Aku yang Lain Jilid 2”  yang diterbitkan oleh Penerbit Harfeey Yogyakarta dengan ISBN : 978-602-7876-62-0 )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar