The Most Popular Traffic Exchange

Kamis, 19 Desember 2013

Menaklukkan Gunung Es




          Namaku adalah Dono. Aku seorang pelajar kelas XII IPA 2 di salah satu SMA favorit di kotaku. Wajahku standar. Dengan postur tubuh bertinggi 162 cm termasuk golongan pendek jika dibandingkan teman-temanku yang lain. Selain itu tubuhku juga agak gemuk. Namun aku tidak merasa minder, kan setiap orang juga mempunyai kelebihan dan kekurangan, jadi syukuri saja apa yang ada seperti lagunya D’Masiv.
          Pagi  itu ada sesuatu yang berbeda di SMA kami. Ternyata ada siswa baru. Seorang cewek yang cantik, berhidung mancung dengan rambut panjang tergerai. Belum lagi postur tubuhnya yang tinggi semampai bak seorang model. Joice itulah nama siswa baru itu. Kebetulan anak itu satu kelas dengan aku. Sejak saat itu setiap hari kelasku ramai karena banyak pejuang –pejuang cinta dari kelasku dan kelas tetangga yang ingin sekali berkenalan dengan Joice. Awalnya sih berkenalan tapi sebenarnya mereka juga mengharapkan cintanya diterima oleh Joice.
“Hai cantik namaku Ronald, boleh aku berkenalan?” Sapa Ronald salah seorang playboy di sekolahku.
“Joice”Jawabnya singkat.
“Nanti sepulang sekolah aku antar ya, kebetulan aku baru saja dibelikan mobil baru sama papaku”
“Tidak , terima kasih, sudah ya aku masuk kelas dulu.”
Joicepun masuk kelas meninggalkan Ronald sendiri.
          Ada juga temanku yang bernama Bobi. Bobi adalah termasuk siswa populer di sekolahku. Dia seorang pemain basket dan juga memiliki wajah yang rupawan. Banyak siswi-siswi di sekolahanku yang mengidolakannya. Karena penasaran dengan Joice, iapun juga ikut peruntungan dengan mencoba mendekati
“ Hai Joice, besok malam minggu ada acara nggak?”
“ Banyak, memangnya ada apa?”
“Aku ingin mengajak kamu jalan-jalan.”
“Wah, maaf ya aku banyak kegiatan jadi tidak bisa.”
Dengan santainya Joice meninggalkan Bobi yang masih kecewa karena ajakannnya ditolak. Baru kali ini, ajakan Bobi ditolak oleh cewek. Bobipun sangat terpukul bagaikan kepalanya dijatuhi batu 100 kg.
          Tidak hanya Ronald dan Bobi yang ditolak ajakannya oleh Joice. Masih ada Ifan, Eko, Andre, Taufik, Wisnu dan masih banyak lagi yang bernasib sama. Kalau mereka membuat grup di Facebook dengan nama “Korban Tolakan Joice” dapat dipastikan grup ini akan banyak anggotanya disertai banyak komen yang berisi ratapan. Namun mereka tidak langsung menyerah. Mereka tetap berjuang untuk dapat mengungkapkan isi hatinya. Berbagai cara mereka tempuh seperti membawa bunga, coklat, boneka bahkan bernyanyi walau suaranya tidak semerdu Cakra. Ternyata di balik kecantikannya, untuk masalah asmara Joice bagaikan gunung es yang sulit ditaklukan. Gunung es ini terlalu lama membeku. Sampai saat ini tidak ada yang dapat mendaki gunung es ini. Walau mereka bagaikan pemanah yang jago memanah seperti Robin Hood, namun tak satupun yang dapat menancap ke dalam sasaran hatinya meskipun sudah banyak anak panah cinta dilepaskan dari busurnya. Hasilnya tetap sama yaitu nihil.
          Ketika bel istirahat kedua berbunyi. Teman-temanku satu persatu ke luar kelas. Mereka ada yang menuju kantin, perpustakaan atau sekedar mengobrol di depan kelas. Aku masih di dalam kelas karena sibuk membenahi buku catatanku. Kulirik deretan bangku sebelah. Ternyata Joice masih di kelas. Yah, cuma kami berdua di kelas ini.
“Tumben Joice kamu tidak istirahat di luar?”tanyaku kepada Joice.
“Malas Don, banyak gangguan di luar.”
“Lho kalau yang di luar dianggap gangguan, lalu apakah aku juga dianggap gangguan?kok kamu memilih di dalam kelas ini?”
“Kalau di luar kan banyak, kalau di sini kan cuma satu. Jadi lebih gampang dihadapi.....hahaha..peace Don...haha..haha.” Kata Joice sambil tertawa. Baru kali ini aku melihat dia tertawa. Alangkah cantiknya ketika dia bisa tersenyum dan tertawa seperti ini.
“Senang lho bisa melihat kamu tertawa begitu, cantikmu semakin tambah.”
“Lho kan dari dulu aku sudah cantik kan Don?”
“Iya tapi ini kan tambah cantik, habisnya kamu itu sudah terkenal orangnya dingin seperti gunung es.”
“Ha..ha..ha...Don,  kalau boleh aku tanya kenapa kamu tidak ikut-ikutan seperti mereka?”
“Aku sadar Jo, Aku sebenarnya cinta sama kamu tapi kita beda keyakinan.”
“Beda keyakinan gimana maksudmu Don?”
“Aku yakin mau sedangkan kamu yakin nolak.”
“Haha..ha...ha..lucu...ternyata kamu humoris Don, aku suka cowok yang humoris.”
“Lho kok tidak suka cowok seperti Ronald yang kaya atau Bobi yang rupawan atau yang lainnya?”
Ah kalau mereka itu membosankan, tidak menyenangkan, dan sombong. Malah aku sebenarnya dari awal penasaran sama kamu.”
“Lho aku kan pendek dan gemuk, sedangkan kamu tinggi semampai apa kamu tidak malu?”
“Ngapain malu kita kan pasangan sempurna karena seperti angka sepuluh...ha...ha...ha...”
Akhirnya Joice menjadi pacarku. Duh senangnya hatiku.


S E K I A N



Tri Sadono
Guru SD Negeri Margolelo
Kecamatan Kandangan
(Cerpen ini telah merupakan salah satu bagian kumpulan cerpen yang telah dibukukan dengan judul “Cerita SMA #4”  yang diterbitkan oleh Penerbit Harfeey Yogyakarta dengan ISBN : 978-602-7876-52-1 )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar