Namaku adalah Dono. Aku seorang pelajar kelas XII IPA 2 di
salah satu SMA favorit di kotaku. Wajahku standar. Dengan postur tubuh
bertinggi 162 cm termasuk golongan pendek jika dibandingkan teman-temanku yang
lain. Selain itu tubuhku juga agak gemuk. Namun aku tidak merasa minder, kan setiap orang juga mempunyai
kelebihan dan kekurangan, jadi syukuri saja apa yang ada seperti lagunya
D’Masiv.
Pagi itu ada sesuatu
yang berbeda di SMA kami. Ternyata ada siswa baru. Seorang cewek yang cantik, berhidung
mancung dengan rambut panjang tergerai. Belum lagi postur tubuhnya yang tinggi
semampai bak seorang model. Joice itulah nama siswa baru itu. Kebetulan anak
itu satu kelas dengan aku. Sejak saat itu setiap hari kelasku ramai karena
banyak pejuang –pejuang cinta dari kelasku dan kelas tetangga yang ingin sekali
berkenalan dengan Joice. Awalnya sih berkenalan tapi sebenarnya mereka juga
mengharapkan cintanya diterima oleh Joice.
“Hai cantik namaku
Ronald, boleh aku berkenalan?” Sapa Ronald salah seorang playboy di sekolahku.
“Joice”Jawabnya
singkat.
“Nanti sepulang sekolah
aku antar ya, kebetulan aku baru saja dibelikan mobil baru sama papaku”
“Tidak , terima kasih,
sudah ya aku masuk kelas dulu.”
Joicepun masuk kelas
meninggalkan Ronald sendiri.
Ada juga temanku yang bernama Bobi. Bobi adalah termasuk
siswa populer di sekolahku. Dia seorang pemain basket dan juga memiliki wajah
yang rupawan. Banyak siswi-siswi di sekolahanku yang mengidolakannya. Karena
penasaran dengan Joice, iapun juga ikut peruntungan dengan mencoba mendekati
“ Hai Joice, besok
malam minggu ada acara nggak?”
“ Banyak, memangnya ada
apa?”
“Aku ingin mengajak
kamu jalan-jalan.”
“Wah, maaf ya aku
banyak kegiatan jadi tidak bisa.”
Dengan santainya Joice
meninggalkan Bobi yang masih kecewa karena ajakannnya ditolak. Baru kali ini,
ajakan Bobi ditolak oleh cewek. Bobipun sangat terpukul bagaikan kepalanya
dijatuhi batu 100 kg.
Tidak hanya Ronald dan Bobi yang ditolak ajakannya oleh
Joice. Masih ada Ifan, Eko, Andre, Taufik, Wisnu dan masih banyak lagi yang
bernasib sama. Kalau mereka membuat grup di Facebook dengan nama “Korban
Tolakan Joice” dapat dipastikan grup ini akan banyak anggotanya disertai banyak
komen yang berisi ratapan. Namun mereka tidak langsung menyerah. Mereka tetap
berjuang untuk dapat mengungkapkan isi hatinya. Berbagai cara mereka tempuh seperti
membawa bunga, coklat, boneka bahkan bernyanyi walau suaranya tidak semerdu
Cakra. Ternyata di balik kecantikannya, untuk masalah asmara Joice bagaikan
gunung es yang sulit ditaklukan. Gunung es ini terlalu lama membeku. Sampai
saat ini tidak ada yang dapat mendaki gunung es ini. Walau mereka bagaikan
pemanah yang jago memanah seperti Robin Hood, namun tak satupun yang dapat
menancap ke dalam sasaran hatinya meskipun sudah banyak anak panah cinta dilepaskan
dari busurnya. Hasilnya tetap sama yaitu nihil.
Ketika bel istirahat kedua berbunyi. Teman-temanku satu
persatu ke luar kelas. Mereka ada yang menuju kantin, perpustakaan atau sekedar
mengobrol di depan kelas. Aku masih di dalam kelas karena sibuk membenahi buku
catatanku. Kulirik deretan bangku sebelah. Ternyata Joice masih di kelas. Yah, cuma kami berdua di kelas ini.
“Tumben Joice kamu
tidak istirahat di luar?”tanyaku kepada Joice.
“Malas Don, banyak
gangguan di luar.”
“Lho kalau yang di luar
dianggap gangguan, lalu apakah aku juga dianggap gangguan?kok kamu memilih di
dalam kelas ini?”
“Kalau di luar kan
banyak, kalau di sini kan cuma satu. Jadi lebih gampang dihadapi.....hahaha..peace Don...haha..haha.” Kata Joice
sambil tertawa. Baru kali ini aku melihat dia tertawa. Alangkah cantiknya
ketika dia bisa tersenyum dan tertawa seperti ini.
“Senang lho bisa
melihat kamu tertawa begitu, cantikmu semakin tambah.”
“Lho kan dari dulu aku sudah
cantik kan Don?”
“Iya tapi ini kan
tambah cantik, habisnya kamu itu sudah terkenal orangnya dingin seperti gunung
es.”
“Ha..ha..ha...Don, kalau boleh aku tanya kenapa kamu tidak
ikut-ikutan seperti mereka?”
“Aku sadar Jo, Aku
sebenarnya cinta sama kamu tapi kita beda keyakinan.”
“Beda keyakinan gimana
maksudmu Don?”
“Aku yakin mau
sedangkan kamu yakin nolak.”
“Haha..ha...ha..lucu...ternyata
kamu humoris Don, aku suka cowok yang humoris.”
“Lho kok tidak suka
cowok seperti Ronald yang kaya atau Bobi yang rupawan atau yang lainnya?”
“Ah kalau mereka itu membosankan, tidak menyenangkan, dan sombong.
Malah aku sebenarnya dari awal penasaran sama kamu.”
“Lho aku kan pendek dan
gemuk, sedangkan kamu tinggi semampai apa kamu tidak malu?”
“Ngapain malu kita kan
pasangan sempurna karena seperti angka sepuluh...ha...ha...ha...”
Akhirnya Joice menjadi
pacarku. Duh senangnya hatiku.
S E K I A N
Tri Sadono
Guru SD Negeri Margolelo
Kecamatan Kandangan
(Cerpen ini telah merupakan salah
satu bagian kumpulan cerpen yang telah dibukukan dengan judul “Cerita SMA #4” yang diterbitkan
oleh Penerbit Harfeey Yogyakarta dengan ISBN : 978-602-7876-52-1 )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar