Ringkasan Buku Filsafat
EPISTEMOLOGI
FILSAFAT PENGETAHUAN
KARANGAN
: DR. P. HARDONO HADI
Bab
I PERSOALAN-PERSOALAN POKOK DALAM EPISTEMOLOGI
1.1.Soal Pengetahuan Kekaguman
Sebagai Awal Munculnya Epistemologi
Menurut
Plato filsafat dimulai dengan rasa kagum
terhadap sesuatu yang sederhana, yang tampaknya jelas dalam pengalaman
harian.
Unsur
kekaguman di hadapan misteri eksistensi merupakan bagian dari pertanyaan
filosofis dan tidak ada pengetahuan filosofis
tercapai kecuali sebagai bagian integral dari rasa kagum.
Menurut
Plato rasa kagum mempunyai aspek ganda, yang pertama menempatkan pada
pengalaman dan dihadapannya sebagai sesuatu yang sama sekali asing.
Descartes
merintis tahap dimana kekaguman filosofis sendirilah yang dijadikan objek
penyelidikannya.
1.2.Soal Common sense
Pada
tahap awal dari proses historis dan analitis merupakan keadaan dimana anggapan umum ( common sense) menemukan
dirinya.
Suatu
pikiran yang telah mencapai tingkat refleksi tidak dapat dipuaskan dengan
kembali kepada anggapan-anggapan umum .Kepastian yang dicari epistemologi dimungkinkan oleh
suatu keraguan , Bila epistemology memperoleh kepastian reflekktif yang lebih
pantas dianggap sebagai pengetahuan.
1.3.Skeptisisme
Menurut
penganut skeptisisme absolute, pikiran manusia tidak dapat mencapai kebenaran objektif .
Relativisme
Protagoras merupakan pendapat skeptik yang paling ekstrem, Doktrin “ homo
mensura “ ( manusia adalah ukuran bagi segalanya) merupakan usaha untuk
membatasi semua pernyataan kepada orang yang membuatnya..Apa yang benar bagi
seseorang belum tentu benar bagi yang lain.
1.4.Aspek Eksistensialisme
Pengetahuan manusia merupakan fungsi dari cara
beradanya dan cara beradanya pada hakikatnya bersifat temporal.
Ekasistensi manusia selalu belum terpenuhi
: ia makhluk yang tidak selesai, yang ada dalam proses pembentukkan diri .
1.5.Analogi Pengetahuan
Banyak
pihak memutuskan bahwa hanya jenis pengetahuan tertentu pantas disebut pengetahuan khususnya jenis pengetahuan yang dimiliki
oleh saintis( Bertrand Russell) Pendapat tersebut bertentangan dengan
epistemology. Yang dituntut oleh filsafat pengetahuan adalah keterbukaan awal
terhadap macam-macam arti dari pengetahuan
Pengetahuan
adalah pernyatan diri dari ada( a letheia) Pengetahuan adalah peristiwa yang
menyebabkan kesadaran manusia memasuki terang ada.
1.6.Metode di Dalam Epistemologi
Pertimbangan
mempunyai peranan yang sangat menentukan didalam pemahaman manusia
Pengetahuan
erat hubungannya dengan ekspresi secara normal mendapat pertimbangan/pernyataan.
Nilai
kebenaran perimbangan harus diputuskan berdasarkan evidensi . Dengan
mengarahkan perhatian kepada evidensi.
Bab II KERAGUAN KRITIS :
DESCARTES
2.1. Paradoks Keliru
Descartes
menggunakan keraguan untuk mengatasi keraguan . Salah satu cara yang pasti dan
tidak dapat diragukan melihat seberapa jauh sesuatu itu diragukan.
“
Sejauh mana saya berhasil didalam meragukannya ? Ketegasan Descartes untuk mengejar pertanyaan ini merupakan
sumbangan utamanya bagi filsafat. Sebab ia berani lebih jauh meragukan daripada
kebanyakan orang . Marilah kita ikuti tahap keraguan ini.
2.2 Kepastian Pertama” Cogito Ergo Sum “
Yang dicari filsafat adalah
kepastian, kepastian hanya mungkin bila didasarkan pada evidensi yang mau tidak
mau harus diakui.
Isi dari cogito yaitu apa yang
dinyatakan kepadanya adalah melulu
drinya berpikir. Saya berpikir , maka saya adalah pengada yang berpikir.
2.3 Subjektivisme
Subyek yang dinyatakan
Descartes didalam co gito adalah subyek yang benar-benar privat, terisolasi.ia
merasa pasti mengenai ekssistensi dirinya sendiri saja sebagai pengada
berpikir.
2.4 Jalan Keluar Yang Ditempuh Descartes.
Descartes berpendapat bahwa
dengan suau refleksi yang teliti mengenai kebenaran pertama(cogito) ia akan
mampu untuk menemukan di dalamnya jaminan bagi kebenaran, yan g dapat
dipergunakan sebagai patokan bagi kepastian selanjutnya.
Alllah sebagai Pengada Yang Sempurna. Kesempurnaan
merupakan pengertian pertama dan pemahaman pengada-pengada dari pengalaman
tidak sempurna hanya mungkin bila saya
empunyai pengertian yang positif
mengenai Yang Sempurna.
2.5 Kritik Bagi Descartes: Mimpi Dan Kenyataan
Descartes hanya membedakan
antara benda sebagai yang diterima dengan jelas dan disting oleh pikiran dari
benda sebagai yang diterima dengan kabur dan kacau oleh indera . Perbandingan
dengan mimpi, dapat digunakan untuk menekankan sifat sangat privat dari
kesadaran inderawi. Berdasarkan ini Descartes tidak hanya menyatakan bahwa
objektivitas dari hal yang ditangkap indera itu kabur.tetapi hal itu tidak
diketahui sama sekali.
Bagi Descartes hal yang
ditangkap dengan indera sama seperti mimpi yang terpotong dari kenyataan
lepas.Kesadaran mengenai kenyataan dari sesuatu hanyalah merupakan kerja
pikiran. Pandangan ini tentu saja melibatkan kesulitan-kesultan yang besar.
Bab III TITIK TOLAK
EPISTEMOLOGI
3.1 “ Di Dalam “Dan “ Di Luar “
Gambaran yang diberikan adalah
kesadaran sebagai suatu wadah yang “di dalamnya” terdapat kenyataan. Apa yang
saya sadari terdapat “ di dalam “ kesadaranku,apa yang tidak saya sadari berada
“ di luar” kesadaranku.Persoalan bagi Descartes adalah bagaimana mencapai” yang
lain” dan bagaimana menetapkan status “yang lain “
Suatu hubungan antara wadah
dan yang diwadahi adalah hubngan antara dua objek berkeluasan. Maka obyek yang diketahui berada
“di dalam “ subjek tetapi pada peng
ertian interioritas yaitu identifikasi .
Objek
berada didalam subjek sedemikian rupa sehingga tidak mungkin untuk dibedakan
batas-batas yang dketahui dengan yang mengetahui.
3.2 Bipolaritas Kesadaran.
Menurut Descartes kesadaran terutama adalah kesadaran di .
Sedangkan Thomisme sebaliknya yaitu didalam kesadarannya tentang objek, saya dengan sendirinya sadar akan ego
saya .
Semua
kesadaran adalah “kesadaran akan “.Sadar adalah kesadaran akan sesuatu dan apa
yang saya sadari mempunyai status yang tidak dapat direduksikan kepada
kesadaran, sehingga objek tersebut mempunyai kenyataan yang sama tak
teragukan sebagaimana kesadaran saya.
3.3 Berada Di Dunia.
Gabriel Marcel memandang bahwa
cogito sebagai suatu abstraksi . sebuah
subjek yang dipahami sebagai batas dari pengosongan isi dari diri yang dialami
tetapi bukan ekssistensinya. Adanya manusia adalah suatu ada didalam suatu
situasi.
Jose
Ortega y Gasset Eksistensi adalah pertama-tama dan teruama ko eksistensi. Dunia
dan pikiranku saling berhubungan secara aktif.Akibatnya saya tidak dapat mengerti kenyataan “dalam dirinya sendiri.
3.4 Lingkaran Epistemologi
Kalau jawaban terhadap masalah
ini ada, maka harus ada didalam pengalaman saya. Maka kalau saya mengambil
bagian khusus dari pengalaman saya untuk mendemonstrasikan bahwa di dalam hal
ini sekurang-kurangnya pengetahuan saya . saya benar-benar tahu apa yang saya
pikir, saya tahu saya tidak mengembalikan pertanyaan- seandainya demikian hal ini tidak dapat dihindari . Jelaslah
bahwa saya tidak dapat keluar dari pengetahuan saya.
3.5 Pertanyaan Sebagai Awal Yang
Tak Tereduksi
Apa yang diberikan didalam
pertanyaan adalah kenyataan bahwa kita bertanya . Pertanyaan dating kepada
dirinya, sendiri, menyatakan diri, di dalam bahasa. Selanjutnya kitalah yang
berbicara dan kita yang bertanya. Sebagai penanya saya merupakan bagian dari
masyarakat pengada bertanya.
Bab IV. KUALITAS
PRIMER DAN KUALITAS SEKUNDER
4.1 Realisme Naif
Realisme naïf adalah penerimaan yang hanya dialami begitu saja terhadap objek
tivitas keseluruhan tanpa penegasan filosofis mengenai nilai dari penerimaan
yang dialami.
Locke mengatkan bahwa apa yang kita ketahui adalah
“ ide “.
i
4.2 George Barkekeley
Apapun yang kita ketahui ,
kita ketahui berkat pengalaman . setiap pernyataan yang kita buat hanya mempunyai arti bagi kita kalau
pernyataan tersebut diterapkan pada pengalaman aktual kita.
4.3 Pandangan Kontemporer
Sientisme memperparah masalah epistemology mengenai
persepsi. Refelksi atas penemuan fisika,kesimpulan-kesimpulan biologi tentang
kesadaran optis, fisiologis tentang persepsi warna . sangat menekan untuk
memilih pandangan sain atau anggapan umum.
Bab V. OBJEKTIVITAS
5.1 Pemecahan Skolastik
Beberapa filsuf skolastik
menganggap perlu untuk memperbaiki
keyakinan harian kita , hal yang perlu dicatat :
1.
Terdapat pengamatan dasar bahwa masalahnya tidak dapat
diperdebatkan dengan meletakkan “kesalahan” pada indera, karena indera tidak
pernah salah.
2.
Untuk mempercayai kebenaran kesaksian pengalaman inderawi beberapa syarat harus dipenuhi.
3.
Kita perlu mengingat perbedaan antara objek khusus dan
objek umum.
5.2 Realisme Virtual
Menurut pandangan realisme
virtual, dunia diluar kesadaran hanyalah keadaan yang secara kualitatif
bersifat tandus. Pandangan ini mmpertahankan bahwa meskipun kualitas-kualitas ini secara formal
tidak hadir di luar persepsi, tetapi
secara virtual hadir.
5.3 Evaluasi Mengenai Realisme Virtual
Para realis virtual harus
menegaskan apakah mempertahankan pendapatnya dengan konsisten atau
memperlakukan pendapatnya bukan
suatu kesimpulan tetapi sebagai premis
yang tak tereduksi.
Jika realisme virtual konsekuen
dengan penalarannya sangat mungkin dengan akan berakhir dalam posisi yang dipertahankan Immanuel Kant
, adanya pembedaan “noumena” ( kenyataan di dalam dirinya ) dan “fenomena” (
kenyataan yang ditangkap kesadaran ).
5.4 Ringkasan
Kita memusatkan pehatian kita
kepada istilah “objek” yang menjadi
pokok masalah.
Beberapa hal cukup
jelas :
a.
Bagi kesadaran yang memutuskan , setiap datum adalah
objektif dan lepas.
b. Untuk
kesadaran konseptual , setiap kualitas berada dimana hal itu dialami sebagai ada.
Beberapa hal yang dapat diselamatkan sebagai harta epistemology sebagai berikut :
1. Kesadaran
perceptual tidak pernah bersifat subjektif murni.
2. Keadaran
perceptual tidak pernah berdiri sendiri, tetapi selalu disatukan ke dalam
hubunga menyeluruh dengan yang lain yang memasukkan unsur-unsur yang melampai
persepsi.
3. Data
perseptual selalu berada persis dimana
merek dialami sebagai berada.
4. Kesadaran
persepual menempatkan kita didalam kontak kemajemukan dari yang lain.
5.5 Persoalan Mengenai Objektivitas
1. Masalah objektifitas biasanya
dibicarakan dengan mengabaikan kesadaran yang menyatakan objektivitas ini.
2. Refleksi juga terus mencari makna dari
“objek” yang merupakan pokok didalam diskusi ini, sesuatu yang tidak pernh
jelas.
Bab VI
PRINSIP-PRINSIP PERTAMA
6.1 Pernyataan Primitif
Pernyataan pertama adalah
bahwa “ ada seuatu “ atau “sesuatu berada”.tidak ada pernyataan yang dapat
lepas dari pernyataa itu, Dan formula terseut sekaligus memuat dari
inteligibilitas pertanyaan ke dalam “ apa” dan “ bahwa”.
6.2 Prinsip-Prinsip Pertama
- Prinsip Identitas : Apa yang ada, apa
yang tidak ada, tidak ada.
- Prinsip alasan Memadai: Apapun yang ada
mempunyai alasan yang memadai untuk
adanya
- Prinsip Penyebaban Efisien: Apapun yang
mulai ada, menuntut adanya suatu sebab efisien.
6.3 Keunggulan Prinsip Pertama
a.
Mereka disebut “prinsip” sebab menurut konsep filosofis prinsip adalah
“sesuatu yang darinya sesuatu yang mengalir atau berasal “
b.
Untuk itu hanyalah masalah penamaan apakah prinsip pertama atau prinsip
“terakhir’.
c.
Prinsip-prinsip iu seringkali disebut jelas dari dirinya sendiri, dlam
arti bahwa mereka tidak dapat dan tidak perlu dibenarkan oleh evidensi lain
6.4 Kausalitas Dan Determinisme
Hukum penyebaban sebagaimana
dimengerti didalam kebijaksanaan anggapan umum dan sains.” Setiap peristiwa
niscaya dihubungkan dengan suatu peristiwa
sebelumnya, kalau hal itu harus terjadi”.atau setiap kejadian , kalau ha
itu harus terjadi merupakan konsekuensi dari kejadian sebelumnya yang tanpanya
kejadian tersebut tidk dapat terjadi.
6.5 Sanggahan Hume dan Kant
David Hume melawan kausalitas,
menurutnya kita mendapat pengertian mengenai keniscayaan dari kebiasaan yang
kita kembangkan didalam mengharapkan
suatu peristiwa
Kant, berpendapat bahwa konsep
sebab harus bisa diterapkan kepada kenyataan objektif, sebab hanya berkat
kemampuan konsep-konsep seperti sebab itu dapat diterapkan bahwa dapat
membedakan antara kenyataan objektif dan kenyataan subjektif.
6.6 Evaluasi Mengenai Hume dan
Kant
Prinsip filosofis mengenai
kusalitas hanyalah bahwa syarat tersebut diterapkan pada peristiwa-peritiwa
temporal.Hume menyangkal hak budi untuk
menentukan tuntutan atas kenyataan da mereduksikan semua pengalaman kepada
persepsi inderawi yang bersifat pasif.
6.7 Evidensi Kepastian dan
Keraguan
Kepastian dapat didefinisikan
sebagai “ persetujuan yang dijamin “ – suatu persetujuan akal yang dijamin oleh
evidensi memadai.
Bab VII PENGETAHUAN KONSEPTUAL
7.1 Yang Universal
Bebicara mengenai konsep
atau “ide-ide universal “ mempunyai
dasar yang berlainan.
Arti
konsep yang disebut universal. Arti ini adalah satu di dalam banyak, arti
tunggal yang dapat digandakan.
7.2 Nominalisme
Kaum nominalis, menyatakan
bahwa ide hanyalah “ flatus vocis” dan tidak ada yang lebih didalam kesadaran
daripada kata-kata dan pengalaman khusus yang diikat bersama-sama secara verbal
tidak dapat dipertahankan.
7.3 Konseptualisme
Menurut konseptualisme ide
adalah suatu datum universal Satu-satunya cara datum universal dapat ada
hanyalah bagi pikiran . Di luar pikiran semua kenyataan bersifat individual.
7.4 Arti dan Contoh
Seagai sesuatu yang ditangkap
oleh pikiran , eseni itu bersifat universal , sebagai sesuatu yang ada di
benda-benda esnsi itu bersifat
individual. Kalau dipikirkan secara absolute, di dalam dirinya sendiri yaitu
dipikirkan sebagai terlepas dari status real
atu mental atau isi pikiran itu tidk individual dan tidak universal.
7.5 Pertimbangan
Pertimbangan memberikan
tambahan kognitif kepada ide.Kekhususan pertimbangan bukan hanya bahwa dia
mencapai eksisensi, tetapi merupakan sarana bagi munculnya eksistensi didalam
dirinya sendiri, entah dicapai atau tidak.
7.6 Konsep Sebagai Pemahaman Kreatif
Pengetahuan kita akan esensi
terletak didalam pengendapan arti didalam pengalaman.esensi tidak dapat
dimengerti dengan definisi.Pengalaman berkembang terus dan ide-ide merupakan
alat kreatif yang dipergunakan pikiran untuk menyesuaikan diri dengan
pengalaman tersebut.Melalui konsep-konsep pikiran menjangka arus pengalaman
kemudian menceburkan diri pada pengalaman.Konsep-konsep ini merupakan cara yang
dipergunakan pikiran untuk memsuki waktu kembali.Manusia berpikir berarti
berkomunikasi. Berkmunikasi berarti menggunakan bahasa. Menggunakan bahasa
berarti mengobjektifikasi.
Bab VIII PENGETAHUAN
TENTANG ESENSI
8.1 Pengetahuan Mengenai Esensi
Esensi adalah “apanya”
kenyataan yaitu “ ke begituan” nya yang kita coba tangkap didalam konsep.. Esensi
mengalami perubahn seauai dengan pengunaanya. Sahihlah untuk mencoa
mereduksikan kemacam ragaman arti ke jenis-jenis dasar.
8.2 Dewey: Pragmatisme dan
Kebenaran
Ajaran pragmatism diringkas
dalam formula bahwa kebenaran adalah apa yang membawa hasil. John Dewey
mendekati pendapat filosofis dari sosialogis historis , ia menekankan kenyataan
bahwa arti dari pikiran kita berada didalam interaksi dialektis dengan
pengalaman dan tindakan dan dapat
diperkaya terus menerus oleh pengalaman .
8.3 Dimensi Sosial dan Dimensi
Historis
Epistemologi bisa
mmepertimbangkan dimensi-dimensi social historis pengetahuan dalam dua cara
: pertama sebagai kesulitan didalam
membuktikan bahwa kita mencapai kebenaan objektif., kedua sebagai sumbangan
terhadap pemahaman arti objektivitas .
Sejarah ide-ide filosofis
hendaknya dipahami tidak sebagai penambahan hal-hal pengetahuan ataupun sebagai
pergesekan antara hal-hal yang bersaing.
Kategori –kategori filosofis
bukanlah sesuatu yang “diwariskan “ melalui satu generasi ke generasi yang lain.Kategori hanya ada sejauh ada
proses pikiran.
Dimensi-dimensi historis dan
sosial menjadi sangat penting sebab melalui kegiatannya sebagai makhluk social
mansia dan historis member suatu manifestasi nyata bagi arti yang ditangkap
secara kratif didalam konsep-konsep filsofis.
Bab IX PENGALAMAN DAN
INSIGHT
9.1 Induksi
Induksi didefinisikan sebagai
penalaran dari contoh-contoh particular ke kesimpulan umum..Induksi lengkap
artinya penalaran dari semua contoh yang ada menuju generalisasi. Sedangkan
indksi tidak lengkap berarti penalaran dari tidak semua contoh yang menuju ke suatu generalisasi.
Induksi tidak lengkap lebih
penting, sebab penalaran ini melibatkan
suatu proses dari beberapa ke semua.
9.2 Keberatan Hume
Menurut Hume pengalaman selalu
mengenai yang particular.Oleh karena itu sangat jauh untuk membuat generalisasi
tentangnya.
9.3 Pandangan Tautologi Ayer
Ayer mengatakan setiap
kebenaran yang tidak dapat
dikoreksi pada pokoknya hanyalah
merupakan definisi. Atau tautology.
Menurutnya berbicara mengenai
pengalaman berarti berbicara mengenai urutan data inderawi . Datum adalah tat
urutan dan setiap pernyatan yang mempunyai arti pastilah mempunyai data
hanyalah tautology.Inilah inti dari “ prinsip dapt terbuktikan “ Ayer.
9.4 Von Hildebarand dan Insight Filosofis
Semua pikiran filosofis harus
mengendap di sekitar datum yang mempunyai dasar pengalamanyang lebih penuh dan
harus setia kepada sumber itu.
Kita dapat mengungkap arti
dalam pengalaman sebab di dalam pengalaman terdapat secara real dan dapat
dimengerti sebagai yang memberi kemungkinan begi pernyataan yang selalu benar.
Bab X KEBENARAN
EKSTENSIAL
10.1 Hakikat dari Evidensi
Definisi kebenaran yang secara umum dianggap standar , yaitu kesesuaian
antara pikiran dan kenyataan. Konsepsi evidensi juga menyarankan hal ini.
Kenyataan memaksakan diri kita kepada saya dan saya menyerah terhadap
evidensi.
BahAsa kita mengenai budi dan
evidensi cenderung menegaskan penggambaran tersebut.
Namun pertanyaan tentang kebenaran juga mengandung pertanyaan mengenai
asal evidensi.
10.2 Kierkegaard dan
Subjektivisme
Kierkegaard menyatakan bahwa ketepatan konseptual tidak akan pernah
mampu untuk memaksa persetujuan di dalam diri manusia. Manusia bukan hanya akal
tetapi dia adalah akal yang bereksistensi.Eksistensinya memasukkan baji di antarapikirannya dan ide. Ia
mendefinisikan kebenaran sebagai sesuatu
ketidakpastian objektif yang
dipertahankan didalam proses pemberian dari pembatinan yang paling mendalam Beberapa hal yang perlu
diperhatikan adalah :
Pertama, peranan dari subyektivitas
bukanlah keadaan faktual yang merugikan Subyektivitas bersifat essensial.
Menghapuskan subyektivitas berarti menghapuskan inteligiblitas.
Kedua, Inteligibilitas ini dapat
diterapkan hanya pada suatu jenis kebenaran tertentu.
Ketiga, Formula Kebenaran adalah
subyektivitas masih bisa diperluas
10.3 Marcel : Masalah dan Misteri
Masalah adalah suatu objek penyelidikan
yang ditangkap oleh subjek sebagai sesuatu yang di luar dirinya. Di lain pihak
misteri adalah persoalan yang tidak dapat dipisahkan dari subjek
sendiri..Terdapat data yang berdasarkan kodratnya tidak bisa dipisahkan
dari subjek.
10.4 Transendeni dan Bukti
Bukti merupakan ciri khas didalam
memecahkan problem/masalah tidakdapat digunakan di dalam bidang misterti dan
tidak dapat digunakan sebagai patokan bagi segala penalaran. Tidak ada argumen
bagi eksistensi Allah yang mungkin diberikan. Hanya pengertian asli dari ada
akan memberikan pendekatan kepada bukti.
10.5 Kepastian Bebas
Evidensi masuk akal yang termuat di dalam
pengalaman mengenai harapan atau kegembiraan benar-benar ada hanya bagi diri
singular. Tetapi tidak bagi pengamat impersonal.Subjek logico sensoris . Maka
evidensi itu hanya bagi kebebasan .
Bab
XI PENGETAHUAN INTERSUBJEKTIF
11.1 Budi-Budi Lain
Masalah “budi lain” cukup berbeda dari masalah “ diri yang lain “ .Budi secara
khusus dimengerti sebagai segi psikis batiniah dari proses badani.
11.2 Pengetahuan Langsung Akan
yang Lain
Max Scheler menyatakan ekspresi merupakan
datum utama , ekspresi tersebut merupakan
pernyataan langsung dari diri yang lain. Kodrat simpati sebagai suatu contoh
tetap dari usaha menangkap pegalaman
yang lain. Apa yang disajikan oleh simpati dan rasa malu ini dapat diperluas dengan rasa
kagum.
11.3 Aku dan Engkau
Individu tidaklah pertama-tama mengetahui
dirinya sebagai pengada sadar rasional dan kemudian mencari apakah di balik
semua yang tampak.
Gabriel Marcel dan Martin Buber,
menempatkan seluruh kemampuan diri di dalam
pertemuan dengan engkau.Apapun artinya “ aku” selalu unik.Hubungan
aku-engkau merupakan jalan menuju kepada yang transenden.
Bab
XII DARI SAIN SAMPAI PENGALAMAN ESTETIK
12.1 Filsafat Ilmu
Tiga sumber persoalan adalah sebagai
berikut :
1.
Terdapat Prinsip Ketidakpastian Heisenberg yang
menegaskan bahwa tidak mungkin untuk menyatakan posisi dan kecepatan sebuah
elektron bersama-sama.
2.
Ada paradoks terkenal berkaitan dengan kodrat cahaya ,
yang sekarang juga mempunyai status tidak pasti dalam fisika.
3.
Akhirnya kita dapat mengutip yang memulai seluruh
kesulitan yaitu penemuan Max Plank mengenai kenyataan bahwa atom hanya ada di dalam bentuk energi.0
12.2 Pengalaman Moral Estetik
Pertanyaan pokok adalah apakah filsafat
seni dan etika mempunyai sesuatu untuk dipertahankan? Apakah pembicaraan mereka
mempunyai nilai kognisional?
Nilai-nilai moral dan estetik dinyatakan
hanya kepada orang yang mengalami urgensinya.
MenurutMartin Heidegger pengalaman puitis
merupakan pernyataan dari trans –fenomenal dari Dasein.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar