Namaku Setia, sesuai
dengan namaku, orang tuaku berharap selalu setia dalam menghadapi suatu
kondisi. Setia kepada pengharapan. Tapi bagi sebagian banyak orang, menunggu
adalah kegiatan yang membosankan. Tapi bagiku menunggu adalah kesetiaan. Aku
teringat setahun yang lalu aku pernah berjanji dengan Kasih untuk bertemu di
bawah pohon mangga di atas bukit Asa ini. Telah kami tentukan tanggal 25 Juni
tahun ini, tepat kami berumur 17 tahun. Kami berencana akan membuka pesan yang
telah kami tanam ketika kami berpisah karena Kasih mengikuti orang tuanya yang
bertugas di luar kota. Namun Kasih sudah berjanji kepadaku, kalau ia akan tetap
mengunjungi kampungku tepat dia berusia 17 tahun. Kebetulan ulang tahun kami
bersamaan.
“Eh, Setia ngapain kamu duduk di
situ?” Teriak Heru membuyarkan lamunanku.
“Ah kamu Her, ngagetin aku aja”Jawabku.
“
Habisnya kamu aneh deh, ngapain kamu
duduk di bawah pohon mangga, mau nunggu mangga jatuh, kan ini bukan musim
mangga?”
“Aku cuma mencari ketenangan aja di
sini, lihat tuh dibawah sana kelihatan pemandangan yang sangat indah kan Her?”
“ Iya sih, ya udah kalau tidak ada
apa-apa, aku cari rumput dulu ya, kasihan kambing-kambingku kelaparan.”
“Oke hati-hati ya.”
Sepeninggalan
Heru, kembali aku dalam lamunanku. Masih kuingat pesan yang kutulis dan
kumasukkan dalam botol. Botol itu aku tanam persis di bawah pohon mangga ini.
Kutandai di atas timbunan tanah ini sebuah batu seukuran bola kaki. Hal yang
sama juga dilakukan oleh Kasih. Pesan yang ada dalam botol itu berisi pesan
yang aku tujukan untuk Kasih, begitu juga kasih juga menuliskan pesan untukku
di dalam botol itu. Pesan itu akan kami baca bersamaan pada waktu yang telah
ditentukan, yaitu hari ini.
Kulihat
jam menunjukkan jam 15.00 sore. “Akankah
Kasih menepati janjinya?”pikirku. Aku sudah menunggu di bawah pohon ini
sejak pagi tadi. Kebetulan hari ini liburan kenaikan sekolah. Aku berharap
Kasih tidak lupa akan janjinya. Di sini aku menunggu kedatangannya. Awan yang
gelappun menyelimuti angkasa. Bertanda sebentar lagi hujan akan turun. Benar
juga air hujanpun membasahi tubuhku.Tak kuhiraukan raga yang menggigil ini
karena kedinginan. Karena harapan telah menghangatkan tubuhku. Menunggu Kasih
yang selama satu tahun ini tidak ada kabarnya.
Setelah
hampir dua setengah jam, hujanpun reda. Masih setia aku menunggu kedatangan
Kasih. Walau penantian ini berujung ataupun tidak, aku tetap menunggu. Akupun
bangkit dari dudukku. Kulihat pohon mangga tua yang menjadi saksi kesetiaan
menunggu. Kusandarkan tubuhku, berharap pohon mangga ini membisikkan kata,
menemani aku dalam kesunyian. Kupandangi sekeliling pohon mangga ini. Memang
semuanya sudah berubah. Sekitar pohon ini sudah ditumbuhi rumput-rumput yang
tinggi. Dan ada beberapa pohon yang lain sudah ditebang. Yang tersisa adalah
pohon mangga ini, tempat dimana aku dan Kasih menyimpan pesan harapan. Masih
terlihat jelas batu sebagai penanda timbunan tanah yang berisi botol pesan itu.
Sebentar lagi hari
mulai gelap. Namun Kasih belum datang. Ingin sekali aku akan membuka pesan itu
sendiri. Jadi aku akan tahu, pesan apa yang telah ditulis Kasih untukku. Tetapi
kuurung niatku, karena aku tidak akan melanggar kesepakatan kami. Di ujung
penantianku, kulihat ada seberkas cahaya yang menuju ke arahku. Setelah sudah
dekat, ternyata dia adalah Kasih. Betapa senang hatiku.
“Hei Setia, kamu masih menunggu ya, maaf ya.” Kata Kasih.
“
Tidak apa-apa, syukurlah kamu datang, kirain kamu lupa.”
Jawabku.
“Ayo
kita ambil pesan yang kita tulis tahun lalu”Ajak Kasih
“
Ayo.”Jawabku penuh semangat.
Akhirnya aku menemukan
pesan yang ditulis Kasih yang berisi “ Setia
tetaplah kamu Setia menungguku – Kasih – “. Kasihpun membaca pesan yang aku
tulis untuknya “ Kasih aku tetap setia
Menunggumu – Setia –“. Setelah membaca pesan, kamipun saling berpandangan
dengan penuh senyuman bercampur bahagia dan cinta. Kami adalah Setia Kasih.
Tri Sadono
Guru SD Negeri Margolelo
Kecamatan Kandangan
(Cerpen ini telah merupakan salah
satu bagian kumpulan cerpen yang telah dibukukan dengan judul “Menunggu Lelah
Dalam Durasi Jilid 2” yang diterbitkan
oleh Penerbit Harfeey Yogyakarta dengan ISBN : 978-602-7876-71-2 )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar