Aku adalah seorang guru SD di
sebuah desa. Desa yang bernama Margolelo termasuk wilayah Kabupaten Temanggung,
Provinsi Jawa tengah. Dengan kedaan geografis yang dikelilingi pegunungan tentu
saja membuat perjalanan tidak semudah yang dibayangkan. Jalan yang naik turun
serta berkelok membuat seseorang harus lebih hati-hati untuk mengendarai
kendaraannya. Penduduk di Margolelo mayoritas adalah petani. Kopi, Cengkeh dan
aren adalah hasil utama dari pertanian desa ini.
Bertugas sebagai guru di desa bukan hanya mentransfer
ilmu kepada anak-anak melainkan juga mentransfer ilmu kepada masyarakat
sekitarnya. Di desa Margolelo dalam jenjang pendidikan untuk sarjana dapat
dihitung dengan jari. Oleh karena itu tugas seorang guru yang nota bene adalah
yang digugu dan ditiru memberikan suri tauladan serta pencerahan kepada murid
dan masyarakat di sekitar sekolah,
Alangkah bahagianya menjadi seorang guru ketika
disambut gembira oleh murid-muridnya. Seperti yang aku alami setiap pagi.
Mereka menyambutku bagai seorang selebritis yang berebutan jabat tangan dan
mencium tangan. Kulihat wajah gembira mereka sambil mereka berkata ”hore aku
nomer satu” yang lainnya “hore aku nomer dua” dan seterusnya. Kadang tanganku yang kering tiba-tiba
berubah menjadi basah karena terkena ingus dari para siswaku. Hal ini tidak membuatku jijik, karena aku
memakluminya. Melihat keluguan dan kepolosan anak –anak ini membuatku harus
memberikan yang terbaik bagi mereka.
Pernah aku mempunyai pengalaman yang lucu ketika
mengajar anak-anak ini. Aku mengajar di kelas 2 yang berjumlah siswanya adalah
26 anak. Pada waktu itu aku jelaskan tentang sifat-sifat benda padat dan benda
cair.
“Anak-anak sifat benda padat
adalah bentuk dan volumenya tetap walaupun dipindah-pindah. Coba sebutkan
contoh benda yang termasuk benda padat?”tanyaku kepada muridku.
“Batu pak”Jawab Adi.
“Kayu pak”Jawab Intan.
Dan masih banyak lagi
jawaban dari murid-muridku yang lain.
“Sekarang bapak juga akan
menjelaskan tentang sifat benda cair. Benda cair mempunyai sifat bentuknya
menyesuaikan tempat atau wadahnya sedangkan volumenya adalah tetap. Coba kalian
sebutkan contoh benda yang termasuk benda cair?”Tanyaku kembali ke anak-anak.
“Air pak”Jawab Mustakim
“Minyak pak guru.”Jawab
Anastia
“Ya bagus, jawaban kalian
benar. Sebenarnya benda padat bentuknya bisa diubah dengan cara ditekan,
dibakar atau diperlakukan dengan cara lainnya.”Terangku kepada murid-muridku.
“Lalu contohnya apa pak
guru”tanya Yuda salah satu muridku.
“contohnya adalah adonan
tepung”Jawabku
“Tepung itu apa pak?”tanya muridku.
“Tepung itu membuat
kue”Jawabku.
“Pak tepung itu kayu di patahkan lalu
disambung lagi kan?”tanya Riki.
Mendengar pertanyaan Riki
itu akupun tertawa dalam hati. Yah maklum murid-muridku begitu lugunya sehingga
bentuk tepung saja belum tahu. Memang dalam bahasa jawa tepung artinya sambung.
Memangnya menjadi guru butuh kesabaran. Seorang guru
dalam mengajar anak janganlah menganggap anak sebagai orang dewasa kecil yang
tahu setiap omongan orang dewasa. Ibaratnya lebih mudah orang dewasa yang
menundukkan kepala ketika berbicara daripada anak kecil mengangkat kepala ke
atas ketika berbicara dengan orang
dewasa. Ini berarti bahwa guru sebagai orang dewasa sebaiknya lebih memahami
dan mengerti yang dibutuhkan oleh siswa.
Dalam mengajarkan kepada murid SD khususnya siswa kelas
rendah (kelas 1 sampai 3) harus memahami karakteristik usianya. Anak pada usia
ini condong berpikir konkrit (nyata) belum berpikir abstrak. Oleh karena
itu, dalam mengajar anak pada fase ini
banyak menggunakan simbol atau alat peraga yang konkrit. Begitu juga dalam
memberikan instruksi. Instruksi yang diberikan harus jelas. Banyak kejadian
ketika anak ramai dan istruksi yang diberikan “Jangan Ramai!” bukannya ramainya
reda malah semakin menjadi-jadi. Hal ini disebabkan karena anak belum bisa
menangkap simbol kata “jangan”. Kata “jangan” sangat susah digambarkan oleh
benak sang anak. Sedangkan kata “Ramai” sangat mudah untuk digambarkan. Dalam
menghadapi hal seperti ini, seorang guru sebaiknya mengurangi kata
“Jangan”.Lebih baik dalam menghadapi situasi yang ramai ini dengan mengalihkan
siswa ke giatan fisik , misalnya bertepuk tangan dan diajak menyanyi. Tindakan
ini akan lebih efektif untuk mengurangi keramaian di kelas.
Murid menganggap Guru sebagai orang tua ke dua di
sekolah setelah orang tua kandung mereka di rumah. Ini adalah suatu amanah yang
harus diemban oleh seorang guru. Tak jarang seorang guru harus rela mengurusi
siswanya yang sakit, ngompol atau menangis. Layaknya orang tua , guru memberikan
kasih sayang pada muridnya, memberi hiburan saat mereka sedih, memberi teguran
saat mereka melakukan kesalahan, dan memberikan mereka penguatan motivasi saat
mereka lemah.
Dengan kesederhanaan para murid-muridku, mereka masih
kental berusaha dalam melestarikan
kebudayaan warisan dari leluhurnya. Kesenian kuda lumping salah satunya. Hal
ini menggugah aku dan teman-teman guru lainnya bahwa sekolah yang terletak jauh
dari perkotaan ini mempunyai potensi yang sangat besar. Oleh karena itu kami
segera menggiatkan kegiatan Praja Muda Karana (Pramuka) di sekolah kami.
Pramuka ini adalah wadah yang sangat penting bagi perkembangan fisik maupun
mental anak. Dengan mengikuti Pramuka, murid-muridkupun sudah bisa berani
tampil di muka umum, tidak minder, serta dapat mampu mengemukakan pendapat.
Pada pertengahan tahun 2011 sekolahku mengirimkan
Jambore Pramuka Penggalang Tingkat Kwartir Ranting Kandangan. Dengan kerjasama
guru, orang tua dan murid, sekolahku membawa piala kejuaraan sebagai juara I
baik regu putra maupun regu putri. Ini bukanlah akhir perjuangan tapi adalah
awal perjuangan, karena Temanggung. Untuk itu aku dan rekan-rekanku memberikan
motivasi yang lebih, karena murid-muridku kalau mengikuti lomba di kota kadang merasakan
minder dan demam panggung.
Jambore Pramuka Penggalang Tingkat Kwartir Cabang
Temanggung dimulai. Berbekal ilmu yang telah diberikan oleh para pembina,
murid-muridku dengan semangat mengikuti setiap kegiatan. Walau bulan-bulan itu
masuk cuaca penghujan tak menyurutkan perjuangan mereka untuk meraih
kemenangan. Dalam kegiatan ini ada cerita mengharukan. Ada salah satu muridku
yang secara ekonomi masih kekurangan. Namun dia merupakan anak yang pintar dan
tidak mudah putus asa. Ketika dalam Jambore tersebut ada kegiatan wisata
mengunjungi Gedung DPRD Temanggung. Dia mengikuti kegiatan dengan antusias.
Pandangannya tak berhenti menyusuri setiap sudut gedung tersebut.
“Wah bagus gedungnya ya,
kursinya juga empuk.”katanya seraya duduk di kursi yang biasa diduduki oleh
para wakil rakyat itu.
Ya semoga saja kelak dia
dapat meraih cita-citanya yang tinggi, atau mungkin menjadi salah satu orang
yang duduk di gedung itu sebagai wakil rakyat. Aku Cuma bisa berdoa. Di akhir
kegiatan Jambore diumumkan bahwa regu putra dan putri kami dinobatkan sebagai
juara umum dan berhak mewakili Kwarcab Temanggung ke Jambore Daerah Jawa
Tengah. Pada even itu kami membawa 11 piala yang nantinya memenuhi etalase di
sekolah. Tangis haru dari kepala sekolah diikuti para guru dan anak-anak
terjadi ketika mendengar pengumuman itu. Kami semua mengucapkan syukur kepada
Tuhan yang telah memberikan semuanya ini.
Jambore Daerah Jawa Tengah dilaksanakan di bulan Juni
2012. Kebetulan seminggu sebelum Jambore itu dilaksanakan, aku dianugerahi seorang
putra pertamaku yang bernama Abraham Theo Sadono. Aku merasakan bahagia sekali,
setelah proses kelahiran anakku itu aku berpamitan kepada istriku kalau aku
mendampingi murid-muridku untuk mengikuti Jambore Daerah di Karanganyar.
Istrikupun mengijinkan.
Murid-muridku sudah mempunyai pengalaman ketika
mengikuti jambore di tingkat sebelumnya. Hal ini mempermudah dalam mengikuti
Jambore Daerah ini. Aku amati mereka sudah kelihatan dwasa dan mandiri. Mereka
dapat mengikuti kegiatan ini dengan baik. Di hari terakhir kegiatan diumumkan
bahwa regu kami baik putra maupun putri dinobatkan sebagai juara 1 pertendaan.
Senyum bahagia kami semua, karena perjuangan kami mendapatkan hasil. Aku juga
merasa bahagia, ketika murid-muridku yang berasal dari desa ini dapat berjabat
tangan dan foto bersama Wakil Gubernur Jawa Tengah. Ternyata dari desapun dapat
berprestasi, asalkan mau berusaha.
Tri Sadono
Guru SD Negeri Margolelo
Kecamatan Kandangan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar