The Most Popular Traffic Exchange

Kamis, 19 Desember 2013

Sekolah Desa Berprestasi

   Aku adalah seorang guru SD di sebuah desa. Desa yang bernama Margolelo termasuk wilayah Kabupaten Temanggung, Provinsi Jawa tengah. Dengan kedaan geografis yang dikelilingi pegunungan tentu saja membuat perjalanan tidak semudah yang dibayangkan. Jalan yang naik turun serta berkelok membuat seseorang harus lebih hati-hati untuk mengendarai kendaraannya. Penduduk di Margolelo mayoritas adalah petani. Kopi, Cengkeh dan aren adalah hasil utama dari pertanian desa ini.
              Bertugas sebagai guru di desa bukan hanya mentransfer ilmu kepada anak-anak melainkan juga mentransfer ilmu kepada masyarakat sekitarnya. Di desa Margolelo dalam jenjang pendidikan untuk sarjana dapat dihitung dengan jari. Oleh karena itu tugas seorang guru yang nota bene adalah yang digugu dan ditiru memberikan suri tauladan serta pencerahan kepada murid dan masyarakat di sekitar sekolah,
              Alangkah bahagianya menjadi seorang guru ketika disambut gembira oleh murid-muridnya. Seperti yang aku alami setiap pagi. Mereka menyambutku bagai seorang selebritis yang berebutan jabat tangan dan mencium tangan. Kulihat wajah gembira mereka sambil mereka berkata ”hore aku nomer satu” yang lainnya “hore aku nomer dua” dan seterusnya.     Kadang tanganku yang kering tiba-tiba berubah menjadi basah karena terkena ingus dari para siswaku.  Hal ini tidak membuatku jijik, karena aku memakluminya. Melihat keluguan dan kepolosan anak –anak ini membuatku harus memberikan yang terbaik bagi mereka.
              Pernah aku mempunyai pengalaman yang lucu ketika mengajar anak-anak ini. Aku mengajar di kelas 2 yang berjumlah siswanya adalah 26 anak. Pada waktu itu aku jelaskan tentang sifat-sifat benda padat dan benda cair.
“Anak-anak sifat benda padat adalah bentuk dan volumenya tetap walaupun dipindah-pindah. Coba sebutkan contoh benda yang termasuk benda padat?”tanyaku kepada muridku.
“Batu pak”Jawab Adi.
“Kayu pak”Jawab Intan.
Dan masih banyak lagi jawaban dari murid-muridku yang lain.
“Sekarang bapak juga akan menjelaskan tentang sifat benda cair. Benda cair mempunyai sifat bentuknya menyesuaikan tempat atau wadahnya sedangkan volumenya adalah tetap. Coba kalian sebutkan contoh benda yang termasuk benda cair?”Tanyaku kembali ke anak-anak.
“Air pak”Jawab Mustakim
“Minyak pak guru.”Jawab Anastia
“Ya bagus, jawaban kalian benar. Sebenarnya benda padat bentuknya bisa diubah dengan cara ditekan, dibakar atau diperlakukan dengan cara lainnya.”Terangku kepada murid-muridku.
“Lalu contohnya apa pak guru”tanya Yuda salah satu muridku.
“contohnya adalah adonan tepung”Jawabku
“Tepung itu apa pak?”tanya  muridku.
“Tepung itu membuat kue”Jawabku.
 “Pak tepung itu kayu di patahkan lalu disambung lagi kan?”tanya Riki.
Mendengar pertanyaan Riki itu akupun tertawa dalam hati. Yah maklum murid-muridku begitu lugunya sehingga bentuk tepung saja belum tahu. Memang dalam bahasa jawa tepung artinya sambung.
              Memangnya menjadi guru butuh kesabaran. Seorang guru dalam mengajar anak janganlah menganggap anak sebagai orang dewasa kecil yang tahu setiap omongan orang dewasa. Ibaratnya lebih mudah orang dewasa yang menundukkan kepala ketika berbicara daripada anak kecil mengangkat kepala ke atas  ketika berbicara dengan orang dewasa. Ini berarti bahwa guru sebagai orang dewasa sebaiknya lebih memahami dan mengerti yang dibutuhkan oleh siswa.
              Dalam mengajarkan kepada murid SD khususnya siswa kelas rendah (kelas 1 sampai 3) harus memahami karakteristik usianya. Anak pada usia ini condong berpikir konkrit (nyata) belum berpikir abstrak. Oleh karena itu,  dalam mengajar anak pada fase ini banyak menggunakan simbol atau alat peraga yang konkrit. Begitu juga dalam memberikan instruksi. Instruksi yang diberikan harus jelas. Banyak kejadian ketika anak ramai dan istruksi yang diberikan “Jangan Ramai!” bukannya ramainya reda malah semakin menjadi-jadi. Hal ini disebabkan karena anak belum bisa menangkap simbol kata “jangan”. Kata “jangan” sangat susah digambarkan oleh benak sang anak. Sedangkan kata “Ramai” sangat mudah untuk digambarkan. Dalam menghadapi hal seperti ini, seorang guru sebaiknya mengurangi kata “Jangan”.Lebih baik dalam menghadapi situasi yang ramai ini dengan mengalihkan siswa ke giatan fisik , misalnya bertepuk tangan dan diajak menyanyi. Tindakan ini akan lebih efektif untuk mengurangi keramaian di kelas.
              Murid menganggap Guru sebagai orang tua ke dua di sekolah setelah orang tua kandung mereka di rumah. Ini adalah suatu amanah yang harus diemban oleh seorang guru. Tak jarang seorang guru harus rela mengurusi siswanya yang sakit, ngompol atau menangis. Layaknya orang tua , guru memberikan kasih sayang pada muridnya, memberi hiburan saat mereka sedih, memberi teguran saat mereka melakukan kesalahan, dan memberikan mereka penguatan motivasi saat mereka lemah.
              Dengan kesederhanaan para murid-muridku, mereka masih kental  berusaha dalam melestarikan kebudayaan warisan dari leluhurnya. Kesenian kuda lumping salah satunya. Hal ini menggugah aku dan teman-teman guru lainnya bahwa sekolah yang terletak jauh dari perkotaan ini mempunyai potensi yang sangat besar. Oleh karena itu kami segera menggiatkan kegiatan Praja Muda Karana (Pramuka) di sekolah kami. Pramuka ini adalah wadah yang sangat penting bagi perkembangan fisik maupun mental anak. Dengan mengikuti Pramuka, murid-muridkupun sudah bisa berani tampil di muka umum, tidak minder, serta dapat mampu mengemukakan pendapat.
              Pada pertengahan tahun 2011 sekolahku mengirimkan Jambore Pramuka Penggalang Tingkat Kwartir Ranting Kandangan. Dengan kerjasama guru, orang tua dan murid, sekolahku membawa piala kejuaraan sebagai juara I baik regu putra maupun regu putri. Ini bukanlah akhir perjuangan tapi adalah awal perjuangan, karena Temanggung. Untuk itu aku dan rekan-rekanku memberikan motivasi yang lebih, karena murid-muridku kalau mengikuti lomba di kota kadang merasakan minder dan demam panggung.
              Jambore Pramuka Penggalang Tingkat Kwartir Cabang Temanggung dimulai. Berbekal ilmu yang telah diberikan oleh para pembina, murid-muridku dengan semangat mengikuti setiap kegiatan. Walau bulan-bulan itu masuk cuaca penghujan tak menyurutkan perjuangan mereka untuk meraih kemenangan. Dalam kegiatan ini ada cerita mengharukan. Ada salah satu muridku yang secara ekonomi masih kekurangan. Namun dia merupakan anak yang pintar dan tidak mudah putus asa. Ketika dalam Jambore tersebut ada kegiatan wisata mengunjungi Gedung DPRD Temanggung. Dia mengikuti kegiatan dengan antusias. Pandangannya tak berhenti menyusuri setiap sudut gedung tersebut.
“Wah bagus gedungnya ya, kursinya juga empuk.”katanya seraya duduk di kursi yang biasa diduduki oleh para wakil rakyat itu.
Ya semoga saja kelak dia dapat meraih cita-citanya yang tinggi, atau mungkin menjadi salah satu orang yang duduk di gedung itu sebagai wakil rakyat. Aku Cuma bisa berdoa. Di akhir kegiatan Jambore diumumkan bahwa regu putra dan putri kami dinobatkan sebagai juara umum dan berhak mewakili Kwarcab Temanggung ke Jambore Daerah Jawa Tengah. Pada even itu kami membawa 11 piala yang nantinya memenuhi etalase di sekolah. Tangis haru dari kepala sekolah diikuti para guru dan anak-anak terjadi ketika mendengar pengumuman itu. Kami semua mengucapkan syukur kepada Tuhan yang telah memberikan semuanya ini.
              Jambore Daerah Jawa Tengah dilaksanakan di bulan Juni 2012. Kebetulan seminggu sebelum Jambore itu dilaksanakan, aku dianugerahi seorang putra pertamaku yang bernama Abraham Theo Sadono. Aku merasakan bahagia sekali, setelah proses kelahiran anakku itu aku berpamitan kepada istriku kalau aku mendampingi murid-muridku untuk mengikuti Jambore Daerah di Karanganyar. Istrikupun mengijinkan.
              Murid-muridku sudah mempunyai pengalaman ketika mengikuti jambore di tingkat sebelumnya. Hal ini mempermudah dalam mengikuti Jambore Daerah ini. Aku amati mereka sudah kelihatan dwasa dan mandiri. Mereka dapat mengikuti kegiatan ini dengan baik. Di hari terakhir kegiatan diumumkan bahwa regu kami baik putra maupun putri dinobatkan sebagai juara 1 pertendaan. Senyum bahagia kami semua, karena perjuangan kami mendapatkan hasil. Aku juga merasa bahagia, ketika murid-muridku yang berasal dari desa ini dapat berjabat tangan dan foto bersama Wakil Gubernur Jawa Tengah. Ternyata dari desapun dapat berprestasi, asalkan mau berusaha.


Tri Sadono
Guru SD Negeri Margolelo
Kecamatan Kandangan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar